Allah Tritunggal
(Studi Biblika)
I. Pendahuluan
Allah Tritunggal merupakan sebuah “konsep” untuk menjabarkan Sang Pencipta dalam iman Kristen. Tentunya, memahami mengenai Allah harus dimulai dari kesadaran bahwa Allah tak terbatas, melampaui akal manusia yang sangat terbatas. Jadi, bagaimana mungkin manusia bisa mempelajari dan “mengurung” Allah yang tidak terbatas di dalam akalnya yang terbatas? Akan tetapi, hal itu tidak berarti bahwa kita tidak bisa menjelaskan siapa Allah. Kita dapat mengenal Allah sebatas DIA menyatakan diri-Nya kepada manusia di dalam Firman Allah (Alkitab).
Kemudian harus diingat bahwa ketika berbicara tentang Allah, kita berbicara mengenai hakikat Allah yang Roh adanya (Yoh 4:24), bukan materi; tidak terbatas pada ruang dan waktu (Mazmur 93:2), dan tentu tidak seperti kita, manusia yang bersifat materi (Mazmur 90: 4-6).
II. Pewahyuan Allah Tritunggal dalam Perjanjian Lama
Perjanjian Lama mengajarkan bahwa Allah itu Esa. “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ulangan 6:4). Mari kita membedah Ulangan 6:4 berdasarkan bahasa aslinya, Ibrani.
Kata “TUHAN” berasal dari kata bhs Ibrani “YHWH”.
Kata “Allah” berasal dari kata Ibrani “Elohim”.
Kata “esa” berasal dari kata Ibrani “Echad” yang artinya adalah “Satu”. Maksud satu disini adalah “Unified One”, sama dengan kata “satu” dari dua menjadi “satu” daging di dalam Kejadian 2:24. Kata “satu” disini mengandung arti satu kesatuan(compound unity).
Keesaan dari Allah dinyatakan sebagai esensi-Nya atau keberadaan-Nya (YHWH Yg Esa), sedangkan keragaman-Nya diekspresikan dalam gelar Elohim (yg merupakan bentuk kata Jamak).
Di dalam Perjanjian Lama, ayat yang pertama kali menyiratkan mengenai ketritunggalan adalah dalam Kejadian 1:26:
“Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”
Selain itu, terdapat juga dalam Kejadian 3:22 dan Kejadian 11:7. Kata “Kita” merupakan bentuk jamak. Terlihat jelas bahwa sejak awal penciptaan ketiga pribadi Allah telah bekerja sama untuk menciptakan alam semesta ini. Kejadian 1:2 bahkan menegaskan peran Roh Allah dalam penciptaan bumi.
Untuk dapat memahami ayat-ayat dari Perjanjian Lama, memerlukan pengetahuan, pemahaman dan analisa bahasa Ibrani. Dalam Kejadian 1:1, Kata yang digunakan untuk “Allah”, ditranslasikan dari bahasa Ibrani “Elohim”. Kata ini adalah bentuk jamak. Bentuk tunggalnyaadalah EL(contohnya El Shaddai, El Roi dsb).
Notes:
Elohim (אֱלהִים) is a pluralformation of eloah.
The singular forms eloah(אלוה) and el (אֱל) are used as proper names or as generics, in which case they are interchangeable with elohim
Dalam bahasa Inggris hanya ada dua bentuk kata, single (tunggal) dan plural (jamak). Dalam Bahasa Ibrani ada tiga macam bentuk kata: tunggal, dual dan jamak. Dalam Bahasa Ibrani, bentuk dual digunakan untuk hal-hal yang berpasangan, seperti mata, telinga dan tangan. Kata “Elohim” dan kata ganti “kita” adalah dalam bentuk jamak – jelas lebih dari dua –.
Artinya, orang Ibrani memahami dengan tepat, bahwa YHWH yang Esa itu adalah Elohim (yang Jamak) (Ul 6:4). Pemahaman mereka mengenai Allah tersebut mempunyai makna bahwa mereka tahu persis bahwa Elohim yang mereka sembah terdiri lebih dari satu pribadi. Itulah sebabnya, ketika membaca kitab Kejadian 1:26; 3:22; 11:7, mereka tidak heran dengan penggunaan kata “Kita” oleh Allah. Sebab mereka tahu, bahwa Allah/Elohim yang Esa itu terdiri lebih dari dua pribadi (tentu saja kita dalam masa Perjanjian Baru mengenalnya sebagai tiga pribadi).
Hanya saja, pada masa Perjanjian Lama, Allah belum menyingkapkan ketiga pribadi tritunggal (Bapa, Putera dan Roh Kudus) kepada bangsa Israel. Barulah ketika Tuhan Yesus menyatakannya dalam Matius 28:19 (..baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus), kita mengetahui dengan pasti bahwa Elohim yang Jamak itu ternyata terdiri dari tiga pribadi, yaitu Allah Bapa, Anak (Yesus Kristus) dan Roh Kudus.
III. Pewahyuan Allah Tritunggal dalam Perjanjian Baru
Matius 3:16-17 à “Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan’.”
Matius 28:19 à “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,”
2 Korintus 13:13 à “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah,
dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”
1 Petrus 1:2 à “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana
Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.”
Ayat-ayat tersebut dengan baik menjelaskan bahwa Allah Tritunggal adalah tiga pribadi yang Esa. Yaitu Allah Bapa, Anak (Yesus Kristus), Roh Kudus.
Istilah pribadi sama sekali tidak berarti adanya perbedaan di dalam esensi. Semua pribadi pada diri Allah memiliki atribut ilahi. Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah.
Setiap pribadi di dalam Trinitas memiliki peran yang berbeda. Karya keselamatan dalam pengertian tertentu merupakan pekerjaan dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal. Namun, di dalam pelaksanaannya ada peran yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bapa memprakarsai penciptaan dan penebusan; Anak menebus ciptaan; dan Roh Kudus melahirbarukan dan menguduskan, dalam rangka mengaplikasikan penebusan kepada orang-orang percaya.
IV. Allah Bapa
Allah sebagai Bapa yang memelihara, yang memberikan kasih seorang Bapa Sejati yang sangat mesra, begitu penyayang dan begitu tertib penuh ketegasan (disiplin). Bapa Sorgawi tidak pernah sama dengan para bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini dalam hal kasih dan karakter yang tidak dapat terbandingi dengan kasih dan karakter Bapa Sorgawi.
Allah sebagai Bapa Sorgawi merupakan Bapa yang sempurna dari segala bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini yang adalah gambaran dan rupa (duplikat dan bayangan) dari Sang Bapa Sorgawi yang murni.
Bapa adalah Sumber utama atau Penyebab utama dari:
a) Alam semesta (1 Korintus 8:6)
b) Keselamatan (Yohanes 3:16-17)
c) Pekerjaan Yesus sebagai manusia (Yohanes 5:17; 14:10).
Bapa adalah Allah:
ü Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” (Yohanes 6:27).
ü Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus (Roma 1:7).
ü Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu (1 Tesalonika 1:1).
ü Yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu (1 Petrus 1:2).
ü Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (2 Petrus 1:17; bandingkan Matius 3:16-17).
ü Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa, dan dari Yesus Kristus, Anak Bapa, akan menyertai kita dalam kebenaran dan kasih (2 Yohanes 1:3).
Bapa (Kepribadian Bapa) tidaklah lebih tinggi daripada Anak ataupun juga dengan Roh Kudus.
V. Anak (Tuhan Yesus Kristus)
Allah Anak merupakan pribadi kedua dalam Tritunggal. Ia adalah firman (logos) Allah yang menjadi manusia dan memakai nama Yesus (Ibrani: Yehoshua; Yunani: Iesous; Inggris: Jesus) Yohanes 1:1-14. Kasih-Nya yang besar akan dunia ini membuat-Nya rela datang ke dalam dunia, melakukan karya penyelamatan, merendahkan diri sampai mati di kayu salib, dikuburkan, lalu bangkit pada hari yang ketiga, naik ke sorga dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan mati.
Ia adalah teladan iman sejati dan sumber kehidupan bagi orang percaya. Firman Allah telah menunjukkan kasih-Nya yang terbesar dengan menjadi Anak yang mati di kayu salib. Yesus memberikan hidup-Nya agar semua yang percaya kepada-Nya bisa menjadi anak Allah (Yohanes 1:12). Tanpa syarat dan aturan yang susah, cukup dengan percaya akan berita Injil dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat pribadi (Roma 10:9-10).
Anak adalah Allah:
ü Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran (Yohanes 1:1, 14).
ü Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin! (Roma 9:5).
ü Tetapi tentang Anak Ia berkata: “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran (Ibrani 1:8).
ü Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan (Kolose 2:9).
ü Pengakuan Tomas, “Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28).
Anak (Kepribadian Anak) tidaklah lebih tinggi/rendah daripada Bapa dan Roh Kudus.
VI. Roh Kudus
Roh Allah sebagai Pembimbing, Pendamping, Penolong, Penyerta, dan Penghibur yang tidak terlihat, namun berdiam di dalam hati setiap manusia yang mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan hidup di dalam-Nya (1 Korintus 3:16).
Roh Kudus bukanlah tenaga aktif. Roh Kudus bukanlah kebijaksanaan (pikiran) tertinggi dari seluruh alam jagad kosmik. Roh Kudus bukanlah manusia tokoh pendiri suatu agama baru. Roh Kudus tidak pernah berbau hal yang mistik. Memang benar bahwa Allah itu maha kuasa, tetapi Roh Kudus itu bukan sekedar kuasa atau kekuatan, tetapi Roh Kudus adalah Allah, sebab Allah itu Roh.
Dengan demikian Roh Kudus adalah Pribadi Allah itu sendiri dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Allah. Kepribadian Roh Kudus tidak pernah lebih rendah daripada Bapa maupun Anak.
Roh Kudus adalah Allah:
ü Berdusta kepada Roh Kudus = berdusta kepada Allah (KPR 5:3-4; bandingkan dgn 1 Kor 6:19-20).
ü Roh Kudus digambarkan sebagai memiliki sifat dan melakukan pekerjaan Allah (Yohanes 16:8-11).
ü Roh Kudus dinyatakan sederajat dengan Allah (Matius 28:19; 2 Korintus 13:13; 1 Petrus 1:2).
ü Roh Kudus disebut juga sebagai Roh Allah, Roh Kristus (Roma 8:9).
ü Roh Kudus terlibat di dalam penciptaan alam semesta (Kej 1:2).
Buku Pengajaran Dasar Gereja Bethel Indonesia menjelaskan bahwa Allah itu Esa adanya, dan Allah yang Esa itu menyatakan dirinya kepada manusia sebagai Bapa, Anak dan Roh. Ada tiga pribadi, ketiganya adalah Allah yang satu/esa (hlm 40-41).
VII. Sejarah lahirnya ajaran Tritunggal
Pengajaran (doktrin) mengenai “Allah Tritunggal” merupakan pokok penting dalam iman Kristen. Istilah Tritunggal/Trinitas bukan menjelaskan relasi dari tiga Allah, tetapi Allah yang Esa dalam tiga Pribadi [tiga Oknum].
Ketika mempelajari topik ini perlu diingat bahwa kata “Tritunggal/ Trinitas” tidak digunakan dalam Alkitab. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan ketritunggalan Allah, yaitu Allah yang terdiri dari tiga Pribadi yang berada bersama dalam kekekalan. Haruslah dimengerti bahwa ini TIDAK berarti ada tiga Allah. Tritunggal berarti satu Allah yang Esa terdiri dari tiga Pribadi.
Tidak ada salahnya menggunakan istilah Tritunggal atau Trinitas walaupun istilah ini tidak ditemukan dalam Alkitab. Lebih gampang mengucapkan “Tritunggal” atau “Trinitas” daripada mengatakan “Allah yang Esa yang terdiri dari tiga Pribadi yang berada bersama dalam kekekalan.” Contoh: kata “paman/om” juga tidak ada dalam Alkitab, walaupun kita tahu bahwa dalam Alkitab ada banyak paman. Esau adalah paman dari Yehuda dan saudara-saudaranya.
Kata Trinitas (bhs latin) dipergunakan sebagai usaha untuk menjelaskan kepenuhan dari Allah, baik dalam hal keesaan-Nya maupun dalam hal keragaman-Nya. Bapa Gereja Tertullianus (220 AD), ia adalah yang mula pertama mencetuskan ide, gagasan dan dengan tepat mendasarkan doktrin Trinitas dari ayat Matius 28:19. Dia menjabarkannya dalam suatu doktrin yang berbunyi:
‘una substantia tres personae‘, “satu substansi/hakekat tiga pribadi”.
Matius 28:19 berbunyi:
Ø LAI: Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.
Ø NIV: Therefore go and make disciples of all nations, baptizing them in the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit.
Ø Teks asli dlm bhs Yunani: πορευθεντες ουν μαθητευσατε παντα τα εθνη βαπτιζοντες αυτους εις το ονομα του πατρος και του υιου και του αγιου πνευματος (Transliterasi: poreuthentes oun mathêteusate panta ta ethnê baptizontes autous eis to onoma tou patros kai tou huiou kai tou hagiou pneumatos).
Dalam sastra bahasa Yunani, ONOMA merupakan bentuk “tunggal”. Berbeda dengan ONOMATA yang adalah “jamak”. Keesaan Allah/monoteisme jelas sekali dalam kata-kata Tuhan Yesus, “baptislah mereka dalam nama ‘ONOMA‘ (single). Yesus tidak berkata baptislah mereka dalam “nama-nama”‘ONOMATA’ (plural). Penggunaan “onoma” yang adalah bentuk tunggal untuk menjelaskan Bapa, Anak dan Roh Kudus menjadi dasar dari pengajaran beliau mengenai pokok trinitas/tritunggal.
Kosa kata:
Tritunggal (Bhs Indonesia); Trinitas (Bhs Latin);Trinity (Bhs Inggris).
Ketiga kata tersebut mempunyai arti yang sama.
Mengapa Tertullianus memberikan pengajaran tentang trinitas/tritunggal? Hal itu tidak lain sebagai upaya apologetika (pembelaan iman) yang dilakukannya terhadap banyaknya ajaran-ajaran yang menyimpang di dalam kekristenan berkaitan dengan hakikat Allah.
Ajaran-ajaran tersebut telah membuat kebingungan di kalangan umat Tuhan (sejak abad 2-3 M), sehingga Tertullianus berinisiatif untuk menggali kebenaran firman Tuhan yang tertulis dalam Matius 28:19. Mengapa ayat tersebut yang menjadi fokus? Karena dalam ayat itulah, Tuhan Yesus mengajarkan gereja tentang tritunggal Allah (Bapa, Anak dan Roh Kudus).
Ajaran apa sajakah yang telah membuat kekacauan di kalangan orang percaya? Lihat pembahasan di bawah ini.
VIII. Ajaran-ajaran yang Keliru Berkaitan dengan Tritunggal
Dalam sejarah gereja Tuhan yang telah berusia dua ribu tahun, topik trinitas telah menjadi pokok yang paling sering diperdebatkan. Berbagai penafsiran mengenai hal itu telah mewarnai perjalanan sejarah gereja. Ada beberapa penafsiran yang dikategorikan “menyimpang” dan karenanya kemudian ditolak dalam konsili (pertemuan besar seluruh pemimpin gereja pada abad-abad permulaan) gereja.
Beberapa ajaran yang dikategorikan “menyimpang” itu adalah:
1. Sabellianisme (Modalisme Successif)
Ajaran yang mengatakan bahwa Allah itu esa dan terdiri dari satu pribadi dengan tiga nama. Diajarkan oleh Sabellius (kira-kira th 260). Ia mengajarkan: sebagai pencipta dan pemberi hukum Allah disebut Bapa; Ketika berinkarnasi menjadi manusia Ia disebut Anak; sebagai penyerta dan penolong ia disebut Roh Kudus. Ajarannya itu menyangkali perbedaan Pribadi-pribadi yang ada di dalam keesaan Allah, dan menyatakan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus hanyalah merupakan tiga cara Allah di dalam mengekspresikan diri-Nya. Analogi yang dipakai adalah seorang pria, bisa memerankan 3 pribadi sekaligus dalam ketunggalannya. Dia adalah suami, bapak juga anak. Dalam konsili Nicea (325 M) ajaran ini telah ditolak gereja.
2. Arianisme
Menekankan keesaan Allah dan bahwa tidak ada yang seperti Dia. Hanya Bapa saja adalah Allah. Yesus adalah makhluk sempurna. Walaupun Dia diciptakan, Dia berbeda dari makhluk yang lain. Yesus boleh disebut sebagai Allah, tetapi keilahian-Nya adalah sesuatu yang diberikan Allah kepada-Nya. Sebagai Allah Yesus setingkat di bawah Allah Bapa. Penganut masa kini: Saksi Yehovah.
3. Tritheisme
Di pihak lain, tritheisme mengungkapkan pernyataan yang salah, yaitu ada tiga keberadaan yang menjadi Allah.
IX. Fenomena Tritunggal
Pengertian untuk mendalami ke-Tritunggalan Allah akan sulit dijelaskan pada seseorang, bila orang tersebut tidak mengalami ke-Tritunggalan Allah. Tentunya pengalaman ke-tritunggalan Allah ini hanya dapat dilakukan oleh Roh Kudus dalam kasih karunia Bapa Sorgawi, setelah menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat pribadi dan hidup di dalam kasih dan iman kepada-Nya.
Masalah yang sering timbul adalah pada orang yang berbeda keyakinan iman, karena konsep Allah dalam paradigma mereka pasti berbeda dengan paradigma iman Kristen. Itulah sebabnya, seringkali konsep Kristen mengenai Allah Tritunggal kerap menjadi bahan perdebatan dan serangan dari pihak-pihak lain.
Tidak hanya sampai di situ, di dalam kalangan Kristiani sendiri, pemahaman mengenai Allah Tritunggal sangatlah beragam, sehingga terkadang antar sesama umat Tuhan terjadi perbedaan pandangan mengenai Allah Tritunggal. Akan tetapi bagaimanapun juga doktrin ini adalah dasar dari iman Kristen
Ajaran mengenai Allah Tritunggal adalah ajaran yang Alkitabiah dan terbukti, baik secara historis (Bangsa Israel, Gereja mula-mula), maupun biblikal (studi kata dan telaah teologis) dan pada dasarnya realistis. Menjelaskan Allah Tritunggal dengan menggunakan analogi-analogi (Matahari, manusia, es dsb) sangatlah terbatas dan tidak tepat untuk memggambarkan mengenai Allah Tritunggal. Oleh sebab itu, penggunaan analogi-analogi tersebut sebaiknya dihindari.
- TUHAN Allah itu satu (esa), dan bukan tiga Allah, atau tiga Tuhan, atau tiga Tuhan Allah. Tuhan itu satu, Allah itu satu. YHWH itu Elohim kita. YHWH itu Echad (satu kesatuan – esa) (Ulangan 6:4).
- TUHAN Allah (YHWH Elohim) yang esa itu menyatakan dirinya kepada manusia dalam tiga pribadi yang sehakekat, sederajat, setingkat, yaitu Allah Bapa, Anak (Logos – Yesus Kristus ) dan Roh Kudus (Ruach Hakodesh).
- Allah Tritunggal adalah jati diri Allah yang hakiki, melebihi pemahaman dan pengertian kita, namun merupakan pernyataan yang jelas, karena tertulis dalam Alkitab.
Referensi:
Berkhof, Louis dan Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta, BPK Gunung Mulia
Berkhof, Louis, Teologi Sistematika, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Brill, J. Wesley, Dasar Yang Teguh, Bandung: Penerbit Kalam Hidup.
Chafer, Lewis Sperry, Systematic Theology Vol. I, Dallas,TX: Dallas Seminary Press, 1947.
Erickson, Millard J, Christian Theology, Unabridged, one-volume edition. Grand Rapids, MI: Baker Book House, 1985.
Lohse, Bernhard, A Short History of Christian Doctrine, Revised American Edition. Philadelphia, PA: Fortress Press, 1985.
Nelson, P.C, Bible Doctrines: A series of studies based on the fundamentalbeliefs of the Assemblies of God, Springfield, MO: Gospel Publishing House, 1981.
Pengajaran Dasar GBI, Jakarta, BPS GBI, 2004.
Prime, Derek, Tanya jawab tentang Iman Kristen, Jakarta, OMF, 2001.
Oleh: Ps Bobby MTh
Source : https://psbobby.wordpress.com/2008/05/29/allah-tritunggal/
إرسال تعليق