Ibadah raya Kristiani
Sabat (Sabtu) atau Minggu?
Sampai hari ini gereja-gereja se dunia, pada umumnya mengadakan ibadah raya pada hari Minggu. Akan tetapi ada juga yang menyelenggarakan ibadahnya pada hari Sabtu (Sabat). Perbedaan waktu ibadah raya atau kebaktian itu di satu sisi merupakan bagian dari khasanah kekayaan budaya Kristiani, sebab kita percaya bahwa semua hari adalah harinya Tuhan. Jadi, hari apapun yang dijadikan saat kebaktian ketika dua tiga orang berkumpul dalam nama Tuhan Yesus, maka IA pasti hadir.
Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Matius 18:20)
Adanya perbedaan cara pandang dalam menentukan waktu atau hari beribadah inilah yang melatarbelakangi mengapa saya tertarik untuk membahas topik ini. Tentunya memandang dari perspektif sejarah (historisitas) perkembangan Gereja dan referensi peristiwa-peristiwa yang tercatat dalam Alkitab. Pentingnya memahami sejarah ini, akan membantu kita memahami mengapa Gereja-gereja ada yang beribadah pada hari Minggu dan Sabtu (Sabat).
Kejadian 1:5,8,13,19,23,31 berbunyi, Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama…itulah hari kedua…itulah hari ketiga…dan seterusnya. Pada hari ketujuhpun demikian, tetapi pada hari ketujuh Allah berhenti dari penciptaan dan menguduskan serta memberkati hari ketujuh itu.
Dalam kalender Ibrani (Israel) pada masa Perjanjian Lama sampai zaman Yesus, perhitungan hari dimulai dari petang, dari matahari terbenam sampai matahari terbenam. Imamat 23:32 menulis, “Itu harus menjadi suatu sabat, hari perhentian penuh bagimu, dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Mulai pada malam tanggal sembilan bulan itu, dari matahari terbenam sampai matahari terbenam, kamu harus merayakan sabatmu.”
Perhitungan hari dimulai kira-kira pukul 18.00 sampai 18.00 keesokan harinya. Hal ini berbeda dengan perhitungan waktu internasional yang berlaku masa sekarang ini, dimana hari dimulai pukul 00.00 malam sampai pukul 24.00.
Sebagai contoh peristiwa kematian dan penguburan YESUS di hari Jumat sore:
Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, Lalu YESUS berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.
Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai. (Lukas 23:44,46,54)
Hari apakah hari persiapan itu? Dari Kamus Alkitab didapat penjelasan bahwa hari persiapan adalah hari jumat berarti hari Sabat adalah hari Sabtu, yaitu hari sesudah Jumat. Saat YESUS mati dan dikuburkan adalah hari jumat pada sore hari dan sebentar lagi matahari akan terbenam dimana hari akan segera berganti menjadi hari Sabtu.
Apa yang dilakukan pd Sabat?
Apakah yang dilakukan oleh orang Ibrani (Israel) pada hari Sabat?
Berikut penjelasan Alkitab dari Keluaran 20:8-11
Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
Hari sabat atau hari ketujuh dimaksudkan Tuhan agar umat Israel mengingat-Nya sebagai Sang Pencipta atau Tuhan alam semesta, dan mereka adalah ciptaan-Nya. Kemudian sebagaimana Tuhan beristirahat pada hari Ketujuh, maka umat Israel juga harus beristirahat dari segala pekerjaan mereka pada hari Sabat. Dengan kata lain, hari Sabat adalah hari libur dalam sistem kehidupan bangsa Israel.
Hari Sabat juga menjadi hari kebaktian atau ibadah bangsa Israel. Pada hari itu, mereka akan mendatangi sinagoge-sinagoge yang terdekat untuk beribadah. Pola ibadahnya sendiri biasanya diisi dengan doa-doa, mazmur pujian, pembacaan kitab suci, kotbah dan penjelasan kitab suci.
Demikian kesaksian Alkitab:
Markus 1:21
Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar.
Lukas 4:16
Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
KPR 17:2
Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci.
Hari Sabat memang merupakan hari WAJIB bagi orang Israel untuk beristirahat dari segala pekerjaan dan beribadah kepada TUHAN. Sebab perintah untuk itu tercantum dalam Hukum Taurat Musa. Sebagaimana kita ketahui bahwa kehidupan orang Israel diatur oleh Hukum Taurat.
Bagimana dengan Gereja Kristen? Apakah kita juga HARUS melakukan segala ketentuan Hukum Taurat termasuk didalamnya beribadah pada hari Sabat (Sabtu)?
Mari perhatikan pernyataan Firman Tuhan:
Perkataan Tuhan Yesus
Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya. (Lukas 16:16)
Paulus atas inspirasi Roh Kudus
Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Tauratdengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, (Efesus 2:15)
Jelas sekali bahwa Hukum Taurat telah selesai. Gereja (baca: orang Kristen) tidak diwajibkan untuk melakukan segala ketentuan hukum taurat. Kita dapat beribadah pada hari apa saja. Tidak ada lagi hari khusus yang disucikan untuk beribadah, sebab semua hari adalah harinya Tuhan.
Bagaimana dengan ayat-ayat dalam Ibrani 4:4,9
Sebab tentang hari ketujuh pernah dikatakan di dalam suatu nas: “Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya.” (ayat 4)
Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. (ayat 9)
Kedua ayat tersebut ada dalam Perjanjian Baru dan menyebut tentang Sabat? Ya memang benar bahwa Hari Ketujuh adalah hari dimana Allah berhenti dari segala pekerjaan-Nya. Namun ayat itu tidak ada korelasi dengan keharusan gereja Kristen untuk beribadah pada hari Sabat.
Jadi apakah yang dimaksud “masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah”? Ayat itu berbicara tentang suatu keadaan di masa depan (future) dan bukannya saat ini (present). Konteks keseluruhannya berbicara tentang umat Allah akan memasuki masa “Sabat” atau “perhentian” suatu hari nanti, yaitu masa ketika kita akhirnya bersama-sama dengan Tuhan di surga selama-lamanya.
Kita umat-Nya justru diingatkan untuk “berusaha masuk” ke dalam “perhentian” itu, “Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga.” (Ibrani 4:11). Jadi sama sekali tidak berbicara tentang kewajiban bagi gereja Kristen untuk memelihara Sabat.
Bagaimana dengan ayat-ayat yang mencatat bahwa Paulus datang ke rumah ibadah (Sinagoge Yahudi) pada setiap hari Sabat?
Memang Perjanjian Baru mencatat bahwa rasul Paulus kerap datang ke sinagoge setiap hari Sabat, misalnya:
Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. (KPR 17:2)
Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani. (KPR 18:4)
Tujuan kehadirannya pada setiap Sabat di sinagoge justru untuk memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus. Sebab ia mengetahui bahwa hanya pada hari Sabatlah orang-orang Yahudi akan berkumpul untuk beribadah. Ia memanfaatkan kesempatan itu untuk mengabarkan Injil Yesus Kristus. Rasul Paulus bahkan mengingatkan kita, “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. (Kolose 2:16-17).
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan analisa Alkitab Perjanjian Baru, gereja Kristen tidak diwajibkan untuk menyucikan hari Sabat sebagai hari ibadah/istirahat.
Kebiasaan beribadah pada hari Minggu dalam Gereja Kristen sudah terjadi JAUH hari, bahkan sejak masa para rasul.
Perhatikan 2 ayat ini:
Yohanes 20:19
Ketika hari sudah malam pada hari pertamaminggu itu berkumpullah murid-murid YESUS di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah YESUS dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!”
Kisah Para Rasul 20:7
Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.
Perhatikan: Pada masa hidup para rasul, mereka berkumpul/bersekutu pada hari pertama, yaitu hari Minggu. “Memecahkan roti” adalah ibadah Kristen waktu itu, yang mencakup Perjamuan Kasih (Agape) dan Perjamuan Kudus.
Bukti dr “Surat dari Plinius”
Plinius (Lahir th 62) adalah Gubernur Romawi di propinsi Pontus dan Bitinia. Ia menulis surat pada Kaisar Trayanus tentang kumpulan orang Kristen.
Sebagian isi suratnya:
“Mereka berkumpul untuk beribadah kepada KRISTUS “sebagai Allah” setiap Minggu satu hari, pagi dan sore.
Pagi mereka mendengarkan Firman Tuhan dan menyanyi;
sore mereka mengadakan “Agape” (Perjamuan kasih) dan Perjamuan Kudus.”
Bukti dari Apologetika Yustinus martir (100-165)
Kebiasaan Gereja Kristen yang beribadah pada Hari Pertama atau hari Minggu terus berlangsung sejak masa para rasul sampai masa hidup Yustinus Martir (meninggal martir tahun 165).
Ia menulis hal tsb dalam Apologetikanya kepada Kaisar Romawi Antonius Pius.
Berikut sebagian isi apologetika dari Yustinus martir:
“Dan pada hari Minggu diadakan kumpulan semua orang yang diam di kota atau di pedalaman, setiap kali di tempat yang tetap; di tempat itu diadakan pembacaan-pembacaan rasul-rasul (injil-injil dan surat-surat) dan nabi-nabi (kitab-kitab PL), selama waktu mengijinkannya.
Kemudian usai pembacaan, pemimpin kebaktian memberikan ajaran dan nasehat, sehingga kami mengikuti segala hal yang indah ini. Maka kami semua berdiri dan mengucapkan doa-doa kami. Dan sebagaimana telah dikatakan di atas..pemimpin kebaktian mempersembahkan doa dan pengucapan syukur sekuat-kuatnya dan jemaat mengakuinya dengan suara nyaring: Amin! (Perjamuan Kudus).”
Jadi, hari Minggu adalah hari yang menurut kebiasaan, kami semua berkumpul karena hari itulah hari pertama.”
Bukti dari surat Ignatius (sekitar tahun 100 pd jemaat di Magnesia)
Dalam suratnya Ignatius menggambarkan orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi sebagai orang-orang yang telah memiliki harapan baru, tidaklagi mengamati/memelihara hari Sabat, tetapi hidup dengan memperhatikan Hari Tuhan, dimana hidup kami juga nyata oleh-Nya dan kematian-Nya ” (Magnesians 9) [catatan editor : Magnesians adalah surat yang ditulis untuk jemaat di Magnesia oleh Ignatius , seorang bapa gereja (tokoh gereja), juga disebut Theophorus]
Note:
Pd masa hidup Yustinus martir (meninggal th 165) gereja Kristen telah biasa mengadakan ibadah reguler pada hari Minggu.
Barulah pada masa hidup Kaisar Romawi Konstantin Agung, yaitu pada tahun 321, ia menetapkan hari Minggu (hari kebaktian gereja Kristen) sebagai hari libur umum dalam kekaisaran Romawi.
Dengan menjadikannya sebagai hari libur, merupakan fakta dukungannya pada Agama Kristen (secara resmi dalam Edict Milan th 313). Meskipun Konstantin sendiri baru dibaptis menjelang kematiannya.
Pada prinsipnya, hari apapun yang digunakan untuk beribadah, ada janji Tuhan Yesus bahwa IA sendiri akan hadir (hadirat-Nya menyertai). Gereja-gereja yang beribadah pada hari Sabtu (Sabat) maupun yang beribadah pada hari Minggu adalah bagian dari Tubuh Kristus. Kebiasaan gereja beribadah pada hari Minggu merupakan tradisi yang sudah dilakukan sejak masa para rasul dan gereja mula-mula.
Kekristenan tidak lagi terikat untuk memelihara hari-hari tertentu, bulan maupun tahun tertentu (Kol 2:16-17). Sabat disebut sebagai bayangan, sedangkan wujudnya adalah Kristus. Dengan kata lain, Yesus Kristus adalah Sabat itu sendiri.
Dan kita semua tahu bahwa di dalam Yesuslah orang mendapat Sabat atau “perhentian” sejati, yaitu kepastian keselamatan. And, no one should judge us in regard to the day we keep. We are free in Christ, not under law (Rom. 6:14).
Referensi:
G Riemer, Cermin Injil, YKBK/OMF, Jakarta, 1995
Source : https://psbobby.wordpress.com/2011/06/28/ibadah-raya-kristiani-sabat-sabtu-atau-minggu/
إرسال تعليق