Dasar Keluarga Kristen

Dasar Keluarga Kristen

DASAR KELUARGA KRISTEN
keluarga
Penulis: Ps Bobby MTh
TUJUAN
Memberikan pengajaran dasar Alkitabiah mengenai perkawinan dan pembentukan keluarga Kristen.
Pendahuluan
Perkawinan merupakan institusi/lembaga tertua di muka bumi. Sebelum segala bentuk organisasi ada, keluarga menjadi awal dari segala sesuatu. Allah sendiri yang membentuk keluarga. Ketika melihat Adam sendiri, maka Allah mengatakan bahwa tidak baik apabila ia sendirian saja (Kejadian 2:18). Maka Allah pun menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, membawa Hawa kepada Adam dan menyatukan keduanya dalam sebuah hubungan yang suci (Kejadian 2:21-23).
Pertemuan keduanya menjadi suatu peristiwa yang penting dalam sejarah kehidupan di planet Bumi ini. Oleh sebab, setelah itu merekapun diberkati Tuhan untuk menjadi satu keluarga (Kejadian 1:28). Keluarga baru itupun berdiri dengan prinsip abadi di segala zaman, yaitu bahwa seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu membentuk keluarga baru dengan istrinya (Kejadian 2:24), dan hidup dalam keintiman dan keakraban (Kejadian 2:25).
Pengertian Perkawinan
Apa yang dimaksud dengan pernikahan yang juga disebut sebagai perkawinan itu? Dalam Ensiklopedia Indonesia, perkataan perkawinan = nikah, sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia oleh Purwadarminta (1976) kawin = perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri; nikah; perkawinan = pernikahan. Selain itu, Hornby (1957) menjelaskan bahwa “marriage the union of two persons as husband and wife“. Ini berarti bahwa perkawinan adalah bersatunya dua orang sebagai suami-istri.
Sementara itu, Undang-undang Perkawinan, yang dikenal dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 telah menyebutkan bahwa:
“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Ikatan lahir batin antara pria dan wanita dapat dijelaskan sebagai berikut: Ikatan lahir adalah ikatan yang nampak dan mengikat antara suami dan istri yang telah diatur sesuai dengan Peraturan atau Undang-undang Perkawinan. Kemudian, ikatan batin merupakan ikatan yang tidak nampak secara langsung karena ini merupakan ikatan psikologis. Ikatan ini terwujud tanpa adanya paksaan tetapi berdasarkan hubungan cinta kasih antara suami dan istri.
Jika ikatan lahir dan batin ini tidak terwujud dalam perkawinan, maka hal ini dapat menimbulkan masalah-masalah yang bisa mengakibatkan pertengkaran demi pertengkaran, pisah ranjang dan akibat-akibat buruk lainnya.
Alasan-Alasan Yang Kurang Tepat Dalam Menikah
  1. Menikah karena tuntutan seksual
  2. Menikah karena usia yang sudah cukup lanjut
  3. Menikah karena tidak tahan kesepian
  4. Menikah karena desakan orang tua
  5. Menikah karena mau membalas jasa
  6. Menikah karena tuntutan adat istiadat
  7. Menikah karena belas kasihan
Prinsip-Prinsip Perkawinan Kristen 
  • Perkawinan adalah antara seorang pria dan wanita (Kejadian 1:26-28).
Dengan kata lain, prinsip perkawinan Kristen adalah perkawinan Monogami (satu laki-laki dan satu perempuan) sejak dari awal dunia. Karena itu, kekristenan menolak dengan tegas segala bentuk poligami, poliandri maupun perceraian. Sebab, perkawinan merupakan kehendak dan disain dari Allah sendiri (Markus 10:6-9; 1 Korintus 7:10-11).
  • Keluarga Kristen terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan yang mandiri (Kejadian 2:24).
Seringkali masalah dalam perkawinan sumbernya adalah “campur tangan” keluarga terhadap pasangan. Orang tua harus “merelakan” anak-anaknya “meninggalkan” mereka, membentuk keluarga dengan pasangannya dan tidak mencampuri urusan rumah tangga mereka. Oleh karenanya, setiap pasangan sebaiknya memisahkan diri dari keluarga besarnya dan membentuk keluarganya sendiri. Kekecualian apabila pasangan tersebut tinggal di pedesaan karena biasanya pada masyarakat pedesaan keluarga baru akan tinggal di tanah orang tua laki-laki.
“Meninggalkan” bukan hanya tentang perubahan tempat, melainkan lebih tentang perubahan prioritas-prioritas dan kewajiban-kewajiban. Kewajiban utama seorang suami tidak lagi kepada orang tuanya, tetapi beralih kepada istrinya. Maksudnya, istrinya harus didahulukan daripada ibu dan ayahnya.
Laki-laki harus menempatkan istrinya sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Bahkan ketika mereka dikarunia anak, istri harus tetap menjadi yang terutama, baru setelah itu anak-anak. Prinsip yang sama juga berlaku bagi seorang istri. Ia harus mendahulukan suaminya melebihi keluarganya sendiri.
“Menjadi satu daging” memberi makna bahwa hubungan laki-laki dan perempuan sebagai satu daging berbeda dari hubungan orang tua dan anak. Menjadi satu daging berarti “bersatu, atau melekat, dengan isterinya”. Maksudnya, mengacu pada hubungan yang tetap dan permanen tak terpisahkan antara suami dan istri dalam segala hal, baik aspek keintiman, seksual, komunikasi, keuangan dsb.
  • Perkawinan merupakan relasi yang sepadan (Kejadian 2:18)
Sejak awal dunia, Allah telah menetapkan bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah hubungan yang sederajat, seimbang dan sepadan. Hawa tidak diciptakan lebih rendah kedudukannya daripada Adam. Hawa justru menjadi penolong bagi Adam. Prinsip ini harus direnungkan dalam-dalam. Meskipun mungkin seorang pria kedudukannya lebih tinggi dari istri, lebih kaya dan sebagainya, namun Allah menuntut bahwa ia harus menghargai istrinya sebagai pasangan yang sepadan (bandingkan Amsal 18:22; Pengkotbah 4:9).
Acapkali masalah yang terjadi dalam rumah tangga diakibatkan oleh salah satu pasangan yang meremehkan pasangannya, menganggapnya lebih rendah, sehingga ia merasa berhak untuk mendominasi rumah tangga.
  • Perkawinan sampai maut memisahkan (Roma 7:2)
Kapankah perkawinan berakhir? Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa perkawinan hanya dapat berakhir saat salah satu pasangan meninggal dunia. Artinya, firman Tuhan menyatakan bahwa perkawinan Kristen adalah perkawinan yang berlangsung seumur hidup sampai maut memisahkan.

3 Unsur Pembangun Keluarga adalah:
KOMITMEN – KOMUNIKASI – CINTA KASIH
Keluarga harus dibangun atas dasar Komitmen, Cinta Kasih dan Komunikasi yang sehat. Mengapa?
  • Keluarga tanpa komitmen rawan terhadap pengkhianatan.
  • Keluarga tanpa komunikasi mudah retak dan bertengkar.
  • Keluarga tanpa kehangatan cinta kasih rawan terhadap perselingkuhan.
Oleh sebab itu, setiap pasangan harus memperjuangan perkawinannya dengan sungguh-sungguh mengisi rumah tangganya dengan ketiga pokok tersebut. Bangunlah komunikasi yang jelas dan transparan antara suami istri. Hiduplah dalam kasih sayang dan cinta yang bergairah antara suami-istri. Hiduplah dalam komitmen bahwa perkawinan adalah ikatan seumur hidup yang harus dihormati. Maka, sebesar apapun gelombang dan arus kehidupan menerpa, keluarga Kristen yang dibentuk akan tetap tahan menghadapinya.
Jadikanlah Tuhan Yesus sebagai pusat kehidupan keluarga, beribadahlah dengan sungguh dan setia maka Dia akan memberkati keluarga yang kita bangun (Ulangan 28:1-14).
EVALUASI
  1. Apakah tujuan Anda menikah?
  2. Apakah prinsip perkawinan Kristen?
  3. Bagaimana membina hubungan perkawinan yang langgeng?
KEPUSTAKAAN
Christenson, Larry, Keluarga Kristen, Semarang: Betania, 1994
Iverson, Dick, Memulihkan Keluarga, Jakarta: Indonesian Harvest Outreach, 1995
Scheunemann, Volkhard, Hidup Sebelum dan Sesudah Menikah, Malang: YPPII,
Supit, Abraham Conrad, Pernikahan, Jakarta: REM

Post a Comment

أحدث أقدم